Ini film ketiga Bang Dika yang aku tonton. Disetiap film Bang Dika
yang aku tonton, aku selalu bisa ngambil sesuatu. Aku selalu bisa mengenang
kata-kata itu menjadi pembelajaranku agar aku bisa berubah menjadi lebih baik
lagi. Dan film kali ini, bener-bener bikin aku belajar untuk berpindah. Bukan
hanya berpindah dari tempat yang lama ke tempat yang baru. Tapi juga berpindah,
dari sosok yang memiliki kepribadian yang kurang baik, menjadi sosok yang
memiliki kepribadian yang lebih baik lagi.
Memilih…
Sama halnya dengan memilih untuk menjadi lebih baik. Aku pun memilih
untuk bisa terbuka dan menerima setiap kritikan dengan pandangan yang selalu
mengarah lurus pada Tuhan. Aku pun memilih untuk selalu berpikir positif, meski
berada dalam keterpurukan. Begitupun pilihan untuk tetap perpindah, tanpa harus
menengok kebelakang dan hanya meninggalkan jejak maaf yang akan memulihkan hati.
Hingga pada akhirnya, aku memilih untuk menjadi lebih dewasa dari apa yang
sudah membuatku seperti ini sebelumnya.
Ada beberapa kutipan dari film Manusia Setengah Salmon ini yang
membuatku tertegun, dan berpikir untuk mulai terbiasa untuk berpindah. Salah
satunya kata-kata Jessica saat bertemu Bang Dika di salah satu cafe, pertemuan
terakhir mereka yang ngena banget.
--
“Aku itu bukan bisa move on.
Tapi aku harus move on.” Ujar Jessica menjawan pertanyaan Dika
“Ya, kalau enggak. Aku Cuma disini-sini saja, dan kita juga nggak
bisa kemana-mana. Ini cara aku. Ya, cara aku untuk menghargai apa yang kita
punya, dan ngambil pelajaran dari situ untuk aku pakai di hubunganku sekarang. Aku jadi orang yang lebih baik sama
Ramon, itu karena kamu.” Lanjutnya.
--
Terus, ini kutipan kata-kata Edgar, adeknya Bang Dika. Walau
sebernya ini kata-kata pidato anak kelas enam SD, tapi bahasa yang dia
sampaikan mengajarkan kita untuk terus bersahabat. Kita lihat isi pidatonya,
yuk.
“Kelas enam SD adalah saat yang paling membahagiakan untuk hidup
saya. Saya bisa kenal sama banyak teman dan saya yakin tidak akan lupa kepada
teman-teman saya disini. Berat pasti rasanya untuk saya, meningalkan sekolah
dan teman-teman saya disini. Tapi perpisahan harus terjadi, UAN harus terjadi.
Kita harus segera pindah ke sekolah yang baru. Di sekolah yang baru pasti kita
akan ketemu teman-teman yang baru, yang mungkin lebih baik dan lebih keren.
Tapi bertemu teman yang baru, bukan berarti kita melupakan yang lama. Awalnya
pasti susah, tapi perpindahan pasti ada terus. Saya sudah siap untuk pindah,
pindah sekolah, pindah teman, karena
saya yakin ada yang lebih baik di tempat yang baru”
--
Terus, ada lagi satu adegan Bang Dika sama Pricillia sewaktu di
terminal Bis. Langsung saja ke dialog yang aku suka, ya.
“Kamu sih, sok tau. Emang, kenapa kalau aku pergi?” Pricillia
“Aku enggak ngebolehin.” Bang Dika
“Kenapa emang? Kan kita udah enggak pacaran lagi.”
“Aku belajar banyak, aku belajar dari perpindahan rumahku, dan pada
awalnya pasti masih ngerasa nggak nyaman, masih inget rumah yang lama. Tapi aku
mendingan pindah, aku mendingan pindah ke kamu. Kamu itu rumah buat aku. Kamu
mau enggak, ngebolehin aku buat tinggal disana?”
--
Ini kata-kata Bang Dika sewaktu merayakan syukuran pindahan rumah
baru, “... Pada awalnya, mungkin emang agak susah buat pindah, harus adaptasi
dan lain-lain. Cuma pada akhirnya kita tahu bahwa, mamah Cuma mau hal yang
terbaik buat kita, yaitu hal yang membuat kita nyaman.”
--
Dan pada akhirnya, kita dapet akhir yang mengesankan mengenai
perpindahan. Karena hidup adalah semua
kata perpindahan.
“… Perpindahan adalah bagian dari kehidupan kita sebagai manusia.
Dan kita akan terus terjebak diantara perpindahan-perpindahan. Seperti, untuk pindah dari suatu peran ke peran yang lain.
Dulu, orang tua yang ngejagain kita. Sekarang, kita yang jagain mereka. Pindah kebiasaan. Seperti, untuk mencoba lebih jujur kepada orang lain,
dan belajar sama-sama dari situ juga. Untuk
pindah, dari apa yang kita pikir kurang baik buat kita menjadi yang terbaik
buat semuanya. Karena dalam hidup kita akan terus berpindah, yang bisa kita
lakukan adalah mencari kebahagiaan
diantara semua perpindahan ini.”
Dan aku, akan terus membuka mata, hati dan pikiran terhadap
pemikiran-pemikiran baru yang jauh lebih berkembang. Karena ilmu, berada dimana
saja. Bahkan di majalah yang terkadang kita sepelekan.
Aku belajar tetap mengosongkan gelas, saat ada ilmu baru yang siap
dibagikan. Agar ilmu itu tidak tumpah keluar dari gelas dantidak akan menjadi
bermakna bagi hidup kita. Dan itulah arti kerendahan hati.
Bagus review nya, terimakasih ya @rifaimartin
BalasHapus